Beranda Sosiologi 10 Tokoh Sosiologi Dunia Beserta Pemikirannya

Potingan Terkait

10 Tokoh Sosiologi Dunia Beserta Pemikirannya

Terdapat beberapa tokoh sosiologi dunia maupun Indonesia yang berperan penting dalam perkembangan ilmu sosiologi. Namun Synaoo.com hanya akan menjelaskan 10 sosiolog paling terkenal di dunia.

Baca Juga : Pengertian Sosiologi

10 Tokoh Sosiologi

  1. Auguste Comte
  2. Karl Marx
  3. Emile Durkheim
  4. Max Weber
  5. Herbert Spencer
  6. Georg Simmel
  7. Ibnu Khaldun
  8. Antonio Gramsci
  9. Ferdinand Tonnies
  10. Herbert Marcuse

Berikut ini adalah penjelasan selengkapnya tokoh sosiologi beserta pemikirannya.

1. Auguste Comte (1798 – 1857)

Tokoh sosiologi yang satu ini mendapat julukan sebagai bapak Sosiologi. Salah satu sumbangan pemikiran terbesarnya terhadap sosiologi adalah tentang hukum kemajuan kebudayaan masyarakat yang dibagi menjadi tiga zaman yaitu:

  • Zaman teologis adalah zaman di mana masyarakatnya mempunyai kepercayaan magis, percaya pada roh, jimat serta agama, dunia bergerak menuju alam baka, menuju kepemujaan terhadap nenek moyang, menuju ke sebuah dunia di mana orang mati mengatur orang hidup.
  • Zaman metafisika adalah masa masyarakat di mana pemikiran manusia masih terbelenggu oleh konsep filosofis yang abstrak dan universal.
  • Zaman positivis merupakan masa di mana segala penjelasan gejala sosial maupun alam dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah (hukum-hukum ilmiah).

Karena memperkenalkan metode positivis maka Comte, akhirnya ia dianggap sebagai perintis positivisme. Ciri-ciri metode positivis adalah objek yang dikaji berupa fakta, bermanfaat, dan mengarah pada kepastian dan kecermatan.

Sumbangan pemikiran penting lainnya yaitu pemikiran tentang agama baru yaitu agama humanitas yang mendasarkan pada kemanusiaan. Menurut Comte, intelektualitas yang dibangun oleh manusia harus berdasarkan pada sebuah moralitas. Bagi Comte, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemajuan sosial tergantung pada perkembangan perasaan altruistik serta pelaksanaan tugas meningkatkan kemanusiaan sehingga masyarakat yang tertib, maju, dan modern dapat terwujud. Akan tetapi agama humanitas tersebut belum sempat dikhotbahkan oleh Comte sebagai agama baru bagi masyarakat dunia karena pada tahun 1957, Comte meninggal dunia.

2. Karl Marx (1818 – 1883)

Karl Marx Lahir di Jerman pada tahun 1818 dari kalangan keluarga rohaniawan Yahudi. Pada tahun 1814 ia mengakhiri studinya di Universitas Berlin. Karena pergaulannya dengan orang-orang yang dianggap radikal, terpaksa ia mengurungkan niat untuk menjadi pengajar di Universitas dan menerjunkan diri
ke kancah politik.

Sumbangan utama yang dihasilkan Karl Marx kepada sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas sosial yang tertuang dalam tulisannya yang berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama Friedrich Engels. Karl Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas.

Menurut pemikirannya perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-orang yang menguasai alat produksi dan kelas proletar (buruh) yang tidak mempunyai alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi oleh kelas borjuis (majikan).

Menurut Marx, suatu saat kelas buruh akan menyadari kepentingan bersama dengan melakukan pemberontakan dan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Meskipun ramalannya tersebut tidak pernah terwujud tetapi pemikiran tentang stratifikasi dan konflik sosial tetap berpengaruh terhadap pemikiran perkembangan sosiologi khususnya terkait dengan kapitalisme.

3. Emile Durkheim (1859-1917)

Tokoh sosiologi yang satu ini merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif. Karya utamanya diantaranya Rules of The Sociological Method, The Division of Labour in Society, Suicide, Moral Education, dan The Elementary Forms of The Religious Life.

Durkheim melihat bahwa setiap manusia memerlukan solidaritas, dengan membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu solidaritas mekanis yang merupakan tipe solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan lazimnya ditemui pada masyarakat sederhana dan solidaritas organis yang ditandai dengan adanya saling ketergantungan antarindividu atau kelompok lain, masyarakat tidak lagi memenuhi semua kebutuhannya sendiri.

Seiring berjalannya waktu pembagian kerja dalam masyarakat (munculnya diferensiasi, spesialisasi) semakin berkembang sehingga solidaritas mekanis berubah menjadi solidaritas organis. Pada masyarakat dengan solidaritas organis masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain.

Solidaritas organis merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung layaknya bagian-bagian suatu organisme biologis. Berbeda dengan solidaritas mekanis yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas organis didasarkan pada akal dan hukum.

Dalam perkembangan selanjutnya, Durkheim menggunakan lima metode untuk mempelajari sosiologi, diantaranya:

  • Sosiologi harus bersifat ilmiah, di mana fenomena-fenomena sosial harus dipelajari dengan objektif dan menunjukkan sifat kausalitasnya.
  • Sosiologi harus mampu memperlihatkan karakteristik sendiri yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain.
  • Menjelaskan kenormalan patologi.
  • Menjelaskan masalah sosial secara ‘sosial’ pula.
  • Mempergunakan metode komparatif secara sistematis.

Metode tersebut telah diterapkan dalam sebuah penelitian tentang gejala bunuh diri yang melanda masyarakat Eropa saat itu yang berjudul “Suicide”.

4.Max Weber (1864 – 1920)

Max Weber lahir di Erfurt pada tahun 1864. Ia menyelesaikan studi di bidang hukum, ekonomi, sejarah, filsafat, teologi dan mengajar disiplin ilmu-ilmu tersebut di berbagai universitas di Jerman. Ia juga terus menerus menyebarluaskan terbentuknya ilmu sosiologi yang saat itu masih berusia muda.

Karya penting dari Weber berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism yang berisi hubungan antara Etika Protestan dalam hal ini Sekte Kalvinisme dengan lahirnya perkembangan kapitalisme.

Menurut Weber, ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk bekerja keras dengan harapan dapat menuntun mereka ke surga dengan syarat bahwa keuntungan dari hasil kerja keras tidak boleh untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi lainnya.

Hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan menjadikan para penganut agama ini semakin makmur disebabkan keuntungan yang dihasilkan ditanamkan kembali menjadi modal. Dari sinilah poin utama menurut Weber kapitalisme di Eropa berkembang pesat.

5. Herbert Spencer (1920-1903)

Herbert Spencer mengjukan Teori Evolusi untuk menjelaskan perkembangan sosial. Pemikiran dari argumen ini adalah bahwa masyarakat berevolusi dari bentuk yang lebih rendah (barbar) ke bentuk yang lebih tinggi (beradab).

Spencer berpendapat bahwa institusi sosial sebagaimana tumbuhan dan binatang, mampu beradaptasi terhadap lingkungan sosialnya. Dengan berlalunya generasi, anggota masyarakat yang mampu dan cerdas dapat bertahan. Bisa dikatakan “Yang layak akan bertahan hidup, sedangkan yang tak layak akhirnya punah”. Konsep ini diistilahkan dengan “survival of the fittest”. Ungkapan ini kemudian sering dikaitkan dengan model evolusi dari rekan sejamannya yaitu Charles Darwin. Oleh karena itu teori tentang evolusi masyarakat ini juga sering dikenal dengan sebutan Darwinisme Sosial.

Melalui teori evolusi dan pandangan liberalnya tersebut, Spencer sangat populer di kalangan para penguasa yang menentang reformasi. Spencer juga menyetujui doktrin laissez-faire dengan mengatakan bahwa negara tak harus mencampuri persoalan individual kecuali fungsi pasif melindungi rakyat. Ia ingin kehidupan sosial berkembang bebas tanpa adanya kontrol eksternal. Spencer menganggap bahwa masyarakat itu alamiah, dan ketidakadilan serta kemiskinan itu juga alamiah, karena itu kesejahteraan sosial dianggap sangat percuma. Meski pandangan itu banyak ditentang oleh banyak pihak, namun Darwinisme Sosial sampai sekarang masih terus hidup dalam tulisan-tulisan populer.

6. Georg Simmel (1858-1919)

Georg Simmel sangat terkenal karena karyanya yang spesifik membahas tentang tindakan dan interaksi individual, seperti bentuk-bentuk interaksi, tipe-tipe orang berinteraksi, kemiskinan, pelacuran, dan masalah-masalah berskala kecil lainnya. Karya-karya Simmel ini yang kemudian menjadi rujukan tokoh-tokoh sosiologi di Amerika.

Karya yang paling terkenal dari Simmel ialah tentang Filsafat Uang. Simmel sebagai sosiolog cenderung bersikap menentang terhadap modernisasi dan sering disebut-sebut bervisi pesimistik atau Pesimisme Budaya. Menurut Simmel, modernisasi telah menciptakan manusia tanpa kualitas karena manusia terbelenggu dalam rasionalitasnya sendiri. Sebagai contoh, begitu teknologi industri sudah mulai canggih, maka keterampilan dan kemampuan tenaga kerja secara individual semakin tidak penting. Bisa jadi semakin modern teknologi, maka kemampuan tenaga individu justru semakin merosot bahkan cenderung malas.

Di sisi lain, gejala monetisasi di berbagai faktor kehidupan telah membelenggu masyarakat terutama dalam hal pembekuan kreativitas individeu, bahkan mampu mengubah kesadaran. Uang secara ideal memang sebuah alat pembayaraan, tetapi karena kekuatannya, uang menjadi sarana pembebasan manusia atas manusia lainnya. Artinya uang sudah tidak dipahami sebagai fungsi alat, tetapi sebagai sebuah tujuan. Kekuatan kuantitatifnya telah mampu mengukur berbagai jarak sosial yang membentang antar individu, seperti cinta, tanggung jawab, dan bahkan mampu membebaskan atas kewajiban serta hukuman sosial. Siapa yang memiliki uang dialah yang memiliki kekuatan.

7. Ibnu Khaldun (1332-1406)

Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada 1 Ramadan 732 H./27 Mei 1332 M. Khaldun dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Sebagai ahli politik Islam, ia pun dikenal sebagai bapak Ekonomi Islam, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis

DR. Bryan S. Turner, guru besar sosiologi di Universitas of Aberdeen, Skotlandia dalam artikelnya yang berjudul “The Islamic Review & Arabic Affairs” mengomentari tentang karya-karya Ibnu Khaldun. Ia menyatakan bahwa , “Tulisan-tulisan sosial dan sejarah dari Ibnu Khaldun hanya satu-satunya dari tradisi intelektual yang diterima dan diakui di dunia Barat, terutama ahli-ahli sosiologi dalam bahasa Inggris (yang menulis karya-karyanya dalam bahasa Inggris).” Salah satu tulisan yang sangat menonjol dan populer Ibnu Khaldun adalah muqaddimah (pendahuluan) yang merupakan buku terpenting tentang ilmu sosial dan masih terus dikaji hingga saat ini.

Bahkan buku karyanya ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Di sini Ibnu Khaldun menganalisis apa yang disebut ‘gejala-gejala sosial’ dengan metode yang masuk akal yang dapat kita lihat bahwa ia menguasai dan memahami akan gejala-gejala sosial. Pada bab ke dua dan ke tiga, ia berbicara tentang gejala-gejala yang membedakan antara masyarakat primitif dengan masyarakat modern dan bagaimana sistem pemerintahan dan urusan politik di masyarakat.

8. Antonio Gramsci (1891-1937)

Antonio Gramsci adalah sosiolog Italia yang merupakan pemikir kunci dalam pendefinisian ulang perdebatan mengenai kelas dan kekuasaan. Konsepnya tentang Hegemoni menjadi sebuah diskusi tentang kompleksitas masyarakat modern. Ia menyatakan bahwa kaum Borjuis berkuasa bukan karena paksaan, melainkan juga dengan persetujuan, membentuk aliansi politik dengan kelompok lain dan bekerja secara ideologis untuk mendominasi masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat berada dalam kondisi tegang terus-menerus.

Ide mengenai hegemoni (memenangkan kekuasaan berdasarkan persetujuan masyarakat) sangat menarik, karena pada kenyataannya individu selalu bereaksi dan mendefinisikan ulang masyarakat dan kebudayaan tempat mereka berada. Ide-ide brilian Gramsci selanjutnya banyak berpengaruh pada studi kebudayaan dan budaya populer.

9. Ferdinand Tonnies (1855-1936)

Tonnies mengkaji bentuk-bentuk dan pola-pola ikatan sosial dan organisasi sehingga menghasilkan klasifikasi sosial. Menurutnya, masyarakat itu bersifat gemeinschaft (komunitas/paguyuban) atau gesselschaft (asosiasi/ patembayan).

Masyarakat gemeinschaft adalah masyarakat yang memiliki hubungan sosial tertutup, pribadi, dan dihargai oleh para anggotanya, yang didasari atas hubungan kekeluargaan serta kepatuhan sosial. Komunitas seperti ini merupakan tipikal masyarakat pra-industri atau disebut masyarakat pedesaan.

Sedangkan pada masyarakat gesselschaft merupakan hubungan kekeluargaan telah memudar, hubungan sosial cenderung impersonal dengan pembagian kerja yang rumit. Bentuk seperti ini terdapat pada masyarakat industri atau disebut masyarakat perkotaan. Tema dasar Tonnies ialah hilangnya komunitas dan bangkitnya impersonalitas. Sehingga ini menjadi penting dalam kajian tentang masyarakat perkotaan.

10. Herbert Marcuse (1898-1979)

Marcuse merupakan anggota Mazhab Frankfurt yang setengah hati. Ia menjadi terkenal selama tahun 1960-an karena dukungannya terhadap gerakan radikal dan anti-kemapanan. Dia pernah dijuluki “kakek terorisme”, merujuk pada kritiknya tentang masyarakat kapitalis, One Dimensional Man (1964) yang berargumen bahwa kapitalisme menciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu, kesadaran palsu, dan budaya massa yang memperbudak kelas pekerja.

Sekian pembahasan tentang tokoh soiologi dari Synaoo.com. Semoga materi sosiologi pembahasan yang diberikan dapat bermanfaat.

Terimakasih !!

"Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia"

Kategori