Beranda Sejarah Sejarah Indonesia Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Potingan Terkait

Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia – Sekembalinya dari Rengasdengklok, rombongan Soekarno dan Moh. Hatta berencana menuju Hotel Des lndes untuk melakukan pertemuan dengan seluruh anggota PPKI. Akan tetapi, usaha tersebut menemui jalan buntu karena Jepang tidak memberikan izin kepada PPKl untuk melaksanakan sidang. Selanjutnya, Soekarno menemui Mayor Jenderal Nishimura, Kepala Urusan Umum Pemerintah Jepang di lndonesia. Pertemuan tersebut bertujuan menjajaki sikap penguasa Jepang terhadap rencana persiapan kemerdekaan indonesia.

Dalam pertemuan tersebut, Mayor Jenderal Nishimura menjawab bahwa ia tidak bisa lagi memberikan izin bagi seluruh aktivitas yang berkaitan dengan persiapan kemerdekaan indonesia termasuk aktivitas PPKI. Nishimura berpendapat bahwa sejak tanggal 16 Agustus 1945, Jepang sudah harus tunduk kepada perintah Sekutu dan Jepang tidak boleh mengubah status quo hingga kedatangan Sekutu di indonesia. Selanjutnya, Soekarno dan Moh. Hatta mengingatkan bahwa Jepang sudah menyerah kepada Sekutu. Oleh karena itu, sudah selayaknya Jepang menepati janji kemerdekaan yang telah diberikan. Apabila Jepang tidak mampu menepati janjinya, rakyat Indonesia akan berusaha mewujudkan kemerdekaan dengan usahanya sendiri.

Baca Juga : 14 Tokoh yang Berperan dalam Proklamasi

Tempat Penyusunan Naskah Proklamasi

Perdebatan antara Soekarno-Hatta dan Nishimura berlangsung hampir dua jam. Akhirnya, pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan apa pun. Kedua tokoh tersebut melanjutkan pertemuan di rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta. Setibanya di rumah Maeda, Soekarno menyatakan rasa terima kasih kepada Maeda yang telah menyediakan rumahnya untuk pertemuan PPKI dan menyusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Di rumah Laksamana Tadashi Maeda, hadir para anggota PPKI, para pemimpin pemuda, para pemimpin pergerakan, dan beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di Jakarta. Total yang hadir berjumlah sekitar 40 – 50 orang.

Rumah Laksamana Tadashi Maeda itu dianggap aman dari kemungkinan gangguan yang sewenang-wenang dari anggota-anggota Rikugun (Angkatan Darat Jepang/Kampeitai) yang berusaha menggagalkan usaha bangsa Indonesia untuk mengumumkan Proklamasi Kemerdekaannya. Oleh karena Laksamana Maeda adalah Kepala Perwakilan Kaigun, maka rumahnya tersebut merupakan extra territorial, yang harus dihormati oleh Rikugun.

Selain itu, Laksamana Tadashi Maeda sendiri memiliki hubungan yang akrab dengan para pemimpin bangsa Indonesia dan juga simpatik terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia. Maka rumah beliau direlakan menjadi tempat pertemuan para pemimpin bangsa Indonesia untuk berunding dan merumuskan naskah/teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Proses Perumusan Teks Proklamasi

Dalam penyusunan naskah proklamasi, Ahmad Soebardjo mengusulkan kalimat pertamanya. Menurut Ahmad Soebardjo, kalimat pertama naskah proklamasi harus berisi pernyataan kemerdekaan Indonesia. Kalimat tersebut diambil dari isi Piagam Jakarta. Moh. Hatta mengusulkan kalimat kedua terkait usaha pemindahan kekuasaan. Menurut Moh. Hatta, kalimat terakhir dalam naskah proklamasi merupakan pernyataan pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignty). Konsep tersebut selanjutnya ditulis oleh Soekarno dalam secarik kertas.

Setelah bertukar pikiran, Soekarno menemui tokoh-tokoh lain yang sudah menunggu. Selanjutnya, Soekarno membacakan rancangan naskah proklamasi kemerdekaan dan meminta setiap hadirin menanggapi teks tersebut. Hampir semua hadirin menyetujui isi naskah proklamasi, kecuali golongan muda. Golongan muda masih mempermasalahkan mengenai konsep isi naskah proklamasi yang terlalu lunak.

Penandatanganan Naskah Proklamasi

Konsep naskah proklamasi tersebut akhirnya disetujui seluruh hadirin. Akan tetapi, satu lagi masalah muncul mengenai tokoh yang berhak menandatangani naskah tersebut. Soekarno meminta kepada seluruh tokoh yang hadir pada malam itu untuk menandatangani naskah proklamasi. Soekarno merujuk contoh Declaration of Independence saat Amerika Serikat menyatakan kemerdekaannya. Dalam Declaration of Independence, seluruh tokoh yang ikut merumuskan naskah tersebut, ikut menandatanganinya. Akan tetapi, usul ini ditentang Chairul Saleh karena golongan muda tidak ingin ada unsur Jepang dalam naskah proklamasi. Unsur Jepang yang dimaksud adalah anggota PPKI yang merupakan lembaga bentukan Jepang. Sukarni mengusulkan agar naskah proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta mewakili bangsa Indonesia. Sukarni beralasan bahwa selama ini keduanya dikenal sebagai pemimpin bangsa Indonesia. Usul tersebut disetujui oleh semua pihak yang hadir dan disambut dengan tepuk tangan meriah.

Pengetikan Naskah Proklamasi

Selanjutnya, Soekarno meminta Sayuti Melik mengetik konsep naskah tersebut menjadi sebuah naskah yang bersih. Setelah diketik ternyata terdapat beberapa perubahan naskah autentik.

Berikut ini adalah naskah proklamasi yang ditulis Soekarno dan setelah diketik oleh Sayitu Melik.

Naskah Proklamasi Tulisan Tangan

Naskah Proklamasi Setelah Diketik (Otentik)

Perubahan Naskah Proklamasi

Naskah tulisan tangan mengalami beberapa perubahan setelah dilakukan pengetikan sesuai dengan persetujuan dalam rapat. Adapun perubahannya sebagai berikut.

Beberapa perubahan yang dimaksud, yaitu kata tempoh diganti dengan kata tempo. Penulisan tanggal, bulan, dan tahun yang awalnya Jakarta, 17-8-’05 diubah menjadi Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ‘05. (Tahun 05 adalah singkatan dari tahun Jepang Sumera, yakni tahun 2605 yang bertepatan dengan tahun 1945 Masehi). Kata-kata Wakil-wakil bangsa Indonesia dirubah dengan kata-kata Atas nama bangsa Indonesia. Teks proklamasi diketik kemudian ditandatangani oleh Sukarno dan Moh. Hatta. Naskah inilah yang kemudian diketik Sayuti Melik itu disebut teks proklamasi yang otentik.

Makna Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Teks Proklamasi yang hanya beberapa kalimat itu memiliki makna yang luar biasa dalam konteks jalinan kerja masa atau persatuan yang kokoh. Kata “Proklamasi” andil Bung Karno. Kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan menyatakan kemerdekaan Indonesia” dinyatakan oleh Ahmad Subarjo. Kalimat “Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dll. Diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkat” andil Bung Hatta. Kalimat “Atas nama Bangsa Indonesia, Sukarno-Hatta” usulan Sukarni.

Sekian pembahasan mengenai Sejarah Perumusan Teks Proklamasi Indonesia. Semoga rangkuman materi singkat ini dapat bermanfaat.

Selamat Belajar!!!

Kategori