Pada artikel kali ini kita akan belajar materi perilaku menyimpang yang ditemui pada mata pelajaran Sosiologi. Berikut ini adalah pembahasan selengkapnya materi perilaku penyimpangan sosial meliputi pengertian, penyebab, sifat, bentuk-bentu, dan contohnya.
A. Pengertian Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat atau kelompok. Perilaku menyimpang disebut nonkonformitas. Perilaku yang tidak menyimpangang disebut konformitas, yaitu bentuk interaksi seseorang yang berusaha bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari, tidak semua orang bertindak berdasarkan norma-nonna dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Pengertian Perilaku Menyimpang Menurut Para Ahli
Adapun pengertian perilaku penyimpangan sosial menurut para ahli ialah sebagai berikut.
- Menurut Robert M.Z Lawang perilaku yang menyimpang adalah segala tindakan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma yang sudah berlaku di dalam sistem masyarakat tertentu.
- Menurut James W. Van Zanden yang dinamakan penyimpangan sosial adalah suatu tindakan atau perilaku yang menurut sebagian besar orang dianggap sebagai tindakan yang tercela.
- Menurut Lewis Coser penyimpangan sosial ialah kegagalan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap kebudayaan dengan perubahan sosial.
- Menurut Gillin perilaku menyimpang yaitu sejumlah tingkah laku yang timbul dari nilai-nilai dan norma sosial sehingga dapat menjadi sebab pemudaran atau runtuhnya ikatan sosial solidaritas kelompok.
- Menurut Becker suatu perilaku yang menyimpang secara sosial adalah konsekuensi dari adanya aturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap seseorang yang mengerjakan tindakan itu sendiri.
- Menurut Van Der Zanden perilaku menyimpang ialah suatu perilaku yang dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai tindakan yang tercela dan berada di luar batas toleransi.
- Menurut Paul B. Horton penyimpangan sosial adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan seseorang sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma yang ada dalam masyarakat.
- Menurut Robert K. Merton penyimpangan berasal dari adanya ketegangan antara tujuan budaya dan sarana untuk menggapainya. Masyarakat menginginkan setiap orang berhasil, namun tidak semua orang bisa mencapainya melalui sarana yang sah, seperti menjadi pengusaha dll. Kemudian orang-orang ini akan mengambil jalur yang menyimpang.
B. Penyebab Perilaku Menyimpang
1. Penyimpangan Sehagai Hasil Susialisasi yang Tidak Sempurna
Menurut teori sosialisasi, perilaku manusia baik yang menyimpang maupun yang tidak, dikendalikan oleh norma dan nilai yang dihayati. Jika tidak sempurna proses sosialisasi, akan menghasilkan perilaku yang menyimpang. Proses sosialisasi yang tidak sempurna timbul karena nilai- nilai atau norma-norma yang dipelajari kurang dapat dipahami dalam proses sosialisasi, sehingga seseorang tidak memperhitungkan risiko yang akan terjadi. Hal itu dalam masyarakat disebut penyimpangan. Contoh anak sulung perempuan dapat berperilaku seperti pria sebagai akibat sosialisasi yang tidak sempurna di lingkungan keluarganya. Hal ini terjadi karena ia harus bertindak sebagai pengganti ayah yang telah meninggal.
Perilaku manyimpang yang lebih parah juga dapat timbl sebagai akibat tidak sempurnanya proses sosialisasi dalam keluarga. Menurut pendapat Edwin H. Sutherland, anak-anak yang melakukan kejahatan cenderung berasal dari keluarga yang retak, yaitu orang tuanya bercerai, salah satu atau kedua orang tuanya telah meninggal, tekanan ekonomi, dan orang tua yang otoriter. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyimpangan disebabkan oleh lemahnya pengendalian diri baik dari dalam maupun dari luar.
2. Penyimpangan Sebagai Hasil dari Nilai-Nilai Subkebudayaan Menyimpang
Menurut Edwin H. Sutherland, perilaku menyimpang bersumber pada pergaulan yang berbeda. Pergaulan dengan teman tidak semuanya positif. Hasil pergaulan yang negatif dapat menimbulkan perilaku menyimpang.
Menurut Shaw dan Mc. Kay, pada daerah-daerah yang tidak teratur dan tidak terdapat organisasi yang baik akan cenderung melahirkan sebuah daerah kejahatan. Pada daerah-daerah yang demikian, perilaku menyimpang (kejahatan) dianggap sebagai suatu hal yang wajar dan sudah tertanam dalam kepribadian masyarakat itu. Dengan demikian, proses sosialisasi tersebut merupakan proses pembentukan nilai-nilai dari subkebudayaan yang menyimpang.
Contoh: Di daerah pelacuran atau lingkungan perampok yang pempunyai nilai dan norma sosial menyimpang dari kebudayaan masyarakad setempat. Nilai dan norma sosial itu, sudah dihayati oleh anggota kelompok sebagai proses sosialisasi yang wajar.
C. Sifat-Sifat Penyimpangan Sosial
1. Penyimpangan yang Bersifat Positif
Penyimpangan yang bersifat positif adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku tetapi mempunyai dampak positif terhadap sistem sosial. Misalnya dalam masyarakat tradisional, wanita yang melakukan kegiatan tertentu bisa dianggap tabu. Pelakunya dianggap
melakukan penyimpangan. Namun, ada dampak positif dari perilaku tersebut yaitu emansipasi.
2. Penyimpangan yang Bersifat Negatif
Dalam penyimpangan yang bersifat negatif pelaku bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dipandang rendah dan berakibat buruk yang dapat mengganggu sistem sosiai itu sendiri. Tindakan semacam itu akan dicela oleh masyarakat. Pelakunya dapat dikucilkan dari kelompok masyarakat. Bobot penyimpangan negatif dapat diukur menurut kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat-istiadat biasanya dinilai lebih berat daripada pelanggaran terhadap tata cara dan sopan-santun.
D. Teori Perilaku Penyimpangan Sosial
Berbagai penyimpangan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dipelajari melalui berbagai teori, diantaranya sebagai berikut.
1. Teori Labeling
Menurut Edwin M. Lemert pencetus teori labeling, seseorang menjadi orang yang menyimpang karena proses labelling berupa julukan, cap dan merk yang ditujukan oleh masyarakat ataupun lingkungan sosial kepada dirinya. Mula-mula seseorang akan melakukan penyimpangan primer (primary deviation) yang mengakibatkan ia menganut gaya hidup menyimpang (deviant life style) yang selanjutny menghasilkan karir menyimpang (deviant career).
2. Teori Hubungan Diferensiasi
Teori ini diutarakan oleh Edwin H. Sutherland. Pada teori ini dijelaskan agar terjadi penyimpangan seseorang harus mempelajari terlebih dahulu bagaimana caranya menjadi seorang yang menyimpang. Pengajaran ini terjadi akibat adanya interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain yang berperilaku menyimpang.
3. Teori Anomi
Teori Anomi ini diungkapkan oleh Robert K. Merton. Pada teori ini menganggap anomie disebabkan adanya ketidakharmonisan antara tujuan budaya dengan cara-cara yang diapakai untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Robert K. Merton terdapat lima cara pencapaian tujuan budaya, yaitu:
- Konformitas yaitu sikap yang menerima tujuan budaya yang konvensional (biasa) dengan cara yang juga konvensional.
- Inovasi yaitu sikap seseorang menerima secara kritis cara-cara pencapaian tujuan yang sesuai dengan nlai-nilai budaya sambil menempuh cara baru yang belum biasa dilakukan.
- Ritualisme merupakan sikap seseorang menerima cara-cara yang diperkenalkan sebagai bagian dari bentuk upacara (ritus) tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.
- Retreatisme merupakan sikap seseorang menolak baik tujuan-tujuan maupaun cara-cara mencapai tujuan yang telah menajdi bagian kehidupan masyarakat ataupun lingkungan sosialnya.
- Pemberontakan yaitu sikap seseorang menolak sarana dan tujuan-tujuan yang disahkan oleh budaya masyarakatnya dan menggantikan dengan cara baru.
E. Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang
Terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu tindakan dapat dikatakan sebagai perilaku menyimpang atau tidak. Menurut Paul B. Horton, penyimpangan sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Penyimpangan Harus Bisa Didefinisikan
Suatu perbuatan anggota masyarakat dapat dikatakan menyimpang apabila memang didefinisikan sebagai perilaku menyimpang. Perilaku penyimpangan sosial bukanlah semata-mata ciri tindakan yang dilakukan orang, melainkan akibat dari adanya peraturan dan penerapan sanksi yang dilakukan oleh orang lain terhadap perilaku tersebut. Singkatnya, penilaian suatu perilaku dikatakan menyimpang atau tidak harus berdasar kriteria tertentu dan diketahui penyebabnya.
2. Penyimpangan Relatif dan Mutlak
Dalam masyarakat, tidak ada seorang pun yang masuk ke dalam kategori sepenuhnya penurut (konformis) ataupun sepenuhnya penyimpang (orang yang benar-benar menyimpang). Orang yang termasuk kedua kategori tersebut justru akan mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Pada dasarnya semua orang normal sesekali dalam hidupnya pernah melakukan tindakan menyimpang, tetapi pada batas-batas tertentu yang bersifat relatif untuk setiap orang. Yang membedakan hanya pada frekuensi dan kadar penyimpangannya saja. Secara umum, penyimpangan yang dilakukan tiap-tiap orang cenderung relatif. Bahkan orang yang tadinya penyimpang mutlak lambat laun harus berkompromi dengan lingkungannya.
3. Penyimpangan Dapat Diterima atau Ditolak
Perilaku menyimpang ada yang bersifat positif dan negatif. Penyimpangan dikatakan positif, apabila penyimpangan yang diterima bahkan dipuji dan dihormati, seperti penemuan baru oleh para ahli itu kadang-kadang bertentangan budaya masyarakat. Sedangkan penyimpangan negatif ialah penyimpangan yang ditolak oleh masyarakat, seperti perampokan, pembunuhan terhadap etnis tertentu, dan menyebarkan teror dengan bom atau gas beracun.
4. Penyimpangan Terhadap Budaya Nyata Ataukah Budaya Ideal
Budaya ideal ialah segenap peraturan hukum yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Dalam kenyataan di masyarakat, banyak anggota masyarakat yang tidak mematuhi peraturan resmi tersebut. Jadi antara budaya nyata dengan budaya ideal selalu terjadi kesenjangan. Artinya, peraturan yang telah menjadi pengetahuan umum dalam kenyataan sehari-hari justru cenderung banyak dilanggar. Contohnya saja peraturan mengenai penggunaan helm pada saat mengendarai sepeda motor. Banyak masyarakat yang melanggar peraturan tersebut, di mana kita dapat melihat di jalan-jalan banyak orang mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm.
5. Terdapat Norma-Norma Penghindaran dalam Penyimpangan
Norma penghindaran ini muncul apabila pada suatu masyarakat terdapat nilai atau norma yang melarang suatu perbuatan yang ingin sekali diperbuat oleh kebanyakan orang. Norma penghindaran yaitu pola perbuatan yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan mereka, tanpa harus menentang nilai-nilai tata kelakuan secara terbuka. Jadi, norma-norma penghindaran merupakan suatu bentuk penyimpangan perilaku yang bersifat setengah melembaga. Contohnya Pada zaman sekarang ini banyak perempuan yang keluar malam, pulangnya jam 12 malam tapi kegiatan tersebut tidak diperbolehkan oleh kebanyakan orang
6. Penyimpangan Sosial Bersifat Adaptif
Tidak selamanya penyimpangan sosial menjadi ancaman bagi kehidupan masyarakat, karena kadang-kadang dapat dianggap sebagai alat pemelihara stabilitas sosial. Perilaku apa yang kita harapkan dari orang lain, apa yang orang lain inginkan dari kita, serta wujud masyarakat seperti apa yang pantas bagi sosialisasi anggotanya. Di lain pihak, perilaku menyimpang merupakan salah satu cara untuk menyesuaikan kebudayaan dengan perubahan sosial. Tidak ada masyarakat yang mampu bertahan dalam kondisi statis untuk jangka waktu yang lama. Masyarakat yang terisolasi sekalipun akan mengalami perubahan. Ledakan penduduk, perubahan teknologi, serta hilangnya kebudayaan lokal dan tradisional mengharuskan banyak orang menerapkan norma-norma baru.
D. Bentuk-Bentuk Penyimpangan Sosial
Terdapat beberapa bentuk-bentuk perilaku menyimpang di masyarakat.
1. Penyimpangan lndividual (lndividual Deviation)
Penyimpangan individual biasanya dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak nofina-norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakatnya. Orang seperti itu biasanya mempunyai kelainan atau mempunyai penyakit mental, sehingga tidak dapat mengendalikan dirinya.
Sebagai contoh seorang anak dari beberapa saudara ingin menguasai harta peninggalan orang tuanya. Ia mengabaikan saudara-saudaranya yang lain. Ia menolak norna-norma pembagian warisan menurut adat masyarakat, yaitu pembagian warisan yang sama rata dengan saudara-saudaranya, Ia menjual semua harta peninggalan orang tuanya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Penyimpangan perilaku yang bersifat individual, sesuai dengan kadar penyimpangannya dapat dibagi menjadi beberapa hal, antara lain:
- Penyimpangan yang tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendirian yang kurang baik, (penyimpangannya disebut pembandel)
- Penyimpangan yang tidak taat kepada peringatan orang-orang yang berwenang di lingkungannya (penyimpangannya disebut pembangkang)
- Penyimpangan yang melanggar norma-norma umum yang berlaku (penyimpangannya disebut pelanggar)
- Penyimpangan yang mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya (penyimpangannya disebut perusuh atau penjahat)
2. Penyimpangan Kelompok (Group Deviation)
Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok ofturg yang tunduk pada norna kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku.
Sebagai contoh kelompok orang melakukan penyelundupan narkotika atau obat-obat terlarang lainnya secara gelap dan menyalahgunakan pemakaiannya. Contoh lain sekelompok preman dalam wilayah tertentu baik secara sendiri maupun secara kelompok melakukan pemerasan di daerah lingkungannya. Mereka memiliki aturan main yang cermat sehingga kejahatan mereka sulit untuk dilacak atau dibongkar pihak kepolisian.
3. Penyimpangan Campuran (Mixture of Both Deviation)
Remaja-remaja putus sekolah dan pengangguran yang frustrasi merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat. Mereka sering berpikir seperti anak-anak yang berkecukupan dan yang akhirnya menempuh jalan pintas untuk dapat hidup enak. Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih karena kenekatan dan kebrutalannya, mereka mengelompokkan ke dalam semacam organisasi “rahasia” dengan memiliki norma yang mereka buat sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat bertentangan dengan norma umum yang berlaku dalam masyarakat. Penyimpangan seperti itu ada yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu atau kelompok di dalamnyataat dan tunduk kepada nonna golongan, yang secara keseluruhan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku.
Misalnya geng-geng anak nakal yang meniru geng di Amerika. Kelompok semacam itu sekarang berkembang menjadi semacam kelompok mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat meresahkan masyarakat.
E. Contoh-Contoh Penyimpangan Sosial
1. Penyimpangan Seksual
Penyimpangan seksual contohnya homoseksual. Homoselsial adalah ketertarikan seseorang terhadap orang lain dari jenis kelamin yang sama. Pria yang demikian homoseks sedangkan bagi wanita disebut lesbian.
Pada umumnya seseorang menjadi homoseksual atau lesbian karena terpengaruh lingkungan sosial. Namun ada juga yang merupakan bawaan sejak lahir. Tindakan homoseksual bertentangan dengan norma-norma sosial dan agama sehingga dianggap sebagai perilaku yang menyimpang.
2. Hubungan Seksial di Luar Nikah
Hubungan seksual di luar nikah tidak dapat dibenarkan oleh norma sosial, norma agama, dan norma moral. Hubungan seksual hanya dibenarkan apabila seseorang telah resmi menjalin hubungan pernikahan. Hubungan seksual di luar nikah merupakan tindakan menyimpang dan ditentang oleh masyarakat. Jenis hubungan seksual di luar nikah adalah pelacuran, pemerkosaan, dan kumpul kebo.
3. Penyalahgunaan Narkotika
Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan narkotika tanpa izin dengan tujuan untuk memperoleh kenikmatan. Penggunaan narkotika dibenarkan apabila digunakan untuk kepentingan yang positif, misalnya untuk membius pasien yang akan dioperasi dan dipergunakan di laboratorium.
Penggunaan jenis obat bius diatur dengan nonna-norma yang jelas. Apabila penggunaan nakotika tidak sesuai dengan norma-norma dan tidak dibarengi dengan tujuan positif, tindakan tersebut termasuk penyimpangan. Jenis narkotik diantaranya ganja, morfin, dan heroin. Penyalahgunaan jenis obat penenang (valium) secara berlebihan sampai pada tingkat ketergantungan akan merusak fisik atau mental peminum.
4. Perkelahian Antarpelajar
Perkelahian antarpelajar termasuk jenis kenakalan remaja yang pada umumnya terjadi di kota-kota besar sebagai akibat begitu kompleksnya kehidupan kota. Perkelahian pelajar termasuk perilaku menyimpang karena bertentangan dengan norma-norma atau nilai-nilai masyarakat. Perkelahian pelajar berkaitan dengan krisis moral karena tindakannya berlawanan dengan nonna agama atau noima sosial. Tujuan perkelahian bukan untuk mencapai nilai yang positif, melainkan sekadar untuk balas dendam atau pamer kekuatan. Biasanya pelajar yang berbuat demikian tidak memikirkan risiko perbuatannya kedepan.
5. Pembunuhan
Pembunuhan menrpakan kejahatan berat yaqg tidak berperi kemanusiaan. Pembunuhan merupakan tindakan kriminal karena menghilangkan nyawa orang lain. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan pembunuhan akan disingkirkan dan dikenai hukuman yang berat (penjara). Pembunuhan termasuk pola menyimpang karena melanggar norma, sosial, agama, dan hukum negara.
6. Minum-Minuman Keras
Minum-minuman keras yang mengandung alkohol memiliki efek negatif terhadap syaraf. Minum-minuman yang mengandung alkohol tinggi dapat membuat orang menjadi mabuk (teler). Akibat dari mabuk, orang tidak dapat berpikir secara normal. Seorang pemabuk cenderung tidak mampu mengendalikan diri sendiri ataupun orang lain. Orang-orang yang demikian sering menimbulkan keributan, pencurian, keonaran, pemerkosaan, dan juga pembunuhan. Pengedar minuman keras atau minuman yang mengandung alkohol dianggap melanggar norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat dan mereka akan dikenakan hukuman sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Refrensi:
Harmanto, Gatot. Bintap Sosiologi 1700 Soal. Yrama Widya. Bandung. 2009.
https://infosos.wordpresscom/kelas-x/perilaku-menyimpang/
http://sukma-stc.blogspotcom/2012/05/ciri-ciri-perilaku-menyimpang.html