Peristiwa dan manusia merupakan objek utama dalam kajian ilmu sejarah. Tanpa manusia, sebuah peristiwa tidak akan bisa direkontruksi. Demikian pula dengan peristiwa yang terjadi di sekitar proklamasi kemerdekaan. Peristiwa tersebut tidak dapat dilepaskan dari aktivitas manusia yang mengiringinya termasuk tokoh-tokoh yang berperan dalam proklamasi. Berikut ini adalah Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia selengkapnya.
Baca Juga : Perumusan Teks Proklamasi
Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Proklamasi
1. Soekarno
Masa kecil Soekarno dihabiskan di Tulungagung bersama kakeknya, Raden Hardjokromo. DI Tulungagung pula Soekarno mengenyam pendidikan untuk pertama kalinya. Akan tetapi, belum sampai tamat ia harus mengikuti orang tuanya pindah ke Majokerto. Di Mojokerto Soekarno bersekolah di Eerste Inlandsche School tampat ayahnya bekerja. Pada usia 14 tahun, seorang kawan ayahnya yang bernama H.0.S.Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan bersekolah di Hogere Burger School (HBS). Setelah tamat dari HBS pada tahun 1920, Soekarno melanjutkan pendidikannya ke Technische Hoga School/THS (Sekarang ITB) di Bandung, dan tamat pada tahun 1925.
Sejak masa pergerakan nasional hingga pendudukan Jepang, Soekarno telah berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada saat Jepang membentuk beberapa organisasi sosial untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Soekarno tidak begitu saja menerima Propaganda Jepang. Justru melalui organisasi Putera, Soekarno beserta Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur berperan dalam menyebarkan semangat kemerdekaan kepada masyarakat Indonesia.
Pada akhir tahun 1944 posisi Jepang dalam Perang Pasifik semakin terdesak. Pada saat itu pula, janji mengenai kemerdekaan lndonesia diucapkan oleh pemerintah Jepang. Sebagai realisasi janji tersebut, Jepang membentuk BPUPKI sebagai lembaga penyelidik usaha persiapan kemerdekaan Indonesia. Soekarno yang tergabung dalam organisasi BPUPKI ikut berperan dalam usaha persiapan kemerdekaan indonesia. Melalui Sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan gagasan mengenai dasar negara. Usulan Soekarno pada saat itu kemudian disempurnakan menjadi Pancasila yang kita kenal saat ini. Setelah tugasnya dianggap selesai, BPUPKI dibubarkan oleh Jepang dan digantikan oleh PPKI. Soekarno mendapat kepercayaan sebagai ketua PPKI.
Sebagai pimpinan PPKI dan pemimpin gerakan kemerdekaan saat itu, Soekarno mendapat desakan dari golongan muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, Soekarno menolak untuk melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanpa melalui sidang PPKI. Penolakan Soekarno tersebut berakibat dirinya harus diamankan ke Rengasdengklok oleh golongan muda.
Dalam peristiwa Rengasdengklok, kebulatan tekad mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan telah tercapai. Soekarno akhirnya kembali ke Jakarta untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sesampainya di Jakarta, Soekarno sempat menemui Jenderal Nishimura untuk menanyakan sikap Jepang mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, Jepang ternyata mengingkari janji kemerdekaan Indonesia. Perubahan sikap Jepang tersebut menyebabkan Soekarno memutuskan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan usaha sendiri.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari, Soekarno di kediaman Laksamana Maeda merumuskan naskah Proklamasi Kemerdekaan indonesia bersama Moh. Hatta dan Ahmad Soebardjo. Soekarno menuliskan rumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam secarik kertas dan ikut menandatangani naskah proklamasi yang telah diketik sebagai wakil bangsa Indonesia. Selanjutnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno. Sejak saat itulah bangsa indonesia resmi menjadi bangsa merdeka.
Baca Juga : Perumusan Teks Proklamasi
2. Moh. Hatta
Mohammad Hatta dilahirkan di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 dengan nama Mohammad Athar. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil merupakan keturunan ulama tarekat di Batuhampar, dekat Payakumbuh. Ayahnya meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Ibunya bernama Siti Saleha berasal dari keluarga pedagang di Bukittinggi. Mohammad Hatta pertama kali mengenyam pendidikan di sekolah swasta. Selanjutnya ia pindah ke sekolah rakyat, kemudian pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang dan tamat pada tahun 1913.Tamat dari ELS, Hatta melanjutkan studinya di MULO Padang, dan tamat tahun 1917. Pada tahun 1921 Hatta tiba di negeri Belanda untuk belajar pada Handels Hogeschool di Rotterdam.
Pada masa pergerakan nasional, Moh. Hatta merupakan ketua organisasi Indische Vereeniging atau Perhimpunan Indonesia yang beranggotakan pelajar Indonesia di negeri Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, Moh. Hatta dikenal sebagai salah satu pemimpin organisasi Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang ikut menyebarkan semangat kemerdekaan.
Setelah pertemuan dengan Marsekal Terauchi di Dalat, Moh. Hatta menerima desakan golongan muda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Saat Soekarno menegaskan bahwa proklamasi harus dipersiapkan melalui sidang PPKI, Moh. Hatta mendukung keputusan tersebut. Setelah peristiwa Rengasdengklok Moh. Hatta bersama Soekarno dan Ahmad Soebardjo merumuskan naskah proklamasi di kediaman Laksamana Maeda.
Selama merumuskan naskah Proklamasi, Moh. Hatta berperan memberikan rumusan paragraf ke dua dalam naskah Proklamasi Kemerdekaan lndonesra. Bunyi kalimat yang diusulkan Moh. Hatta yaitu “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara yang saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Menurut Moh. Hatta, kalimat terakhir dalam naskah proklamasi merupakan pernyataan pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignty).
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno didampingi Moh. Hatta. Selanjutnya, Moh. Hatta meminta B.M. Diah menggandakan naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh Jakarta. Atas inisiatifnya, masyarakat Jakarta segera mendengar berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya, melalui sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 Moh. Hatta ditetapkan sebagai wakil presiden pertama Republik Indonesia. Hatta meninggal pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dalam usia 77 tahun. Menjelang akhir hayatnya, Moh. Hatta berpesan bahwa ia ingin dimakamkan sebagai rakyat biasa. Akhirnya, Moh. Hatta dimakamkan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.
3. Ahmad Soebardjo
Ahmad Soebardjo lahir pada tanggal 23 Maret 1896 di Karawang, Jawa Barat dari keluarga bangsawan keturunan Aceh. Ahmad Soebardjo merupakan salah satu dari beberapa tokoh yang menikmati pendidikan Barat. Ahmad Soebardjo juga berkawan dengan Moh. Hatta selama menempuh pendidikan tinggi di Eropa.
Pada tahun 1933 Ahmad Soebardjo berhasil menyelesaikan pendidikan tingginya di Universitas Leiden dan memperoleh gelar Meester in de Richten (Mr.) yang setara dengan gelar Sarjana Hukum (S.H.) pada saat ini. Pada masa pendudukan Jepang, Ahmad Soebardjo menjabat kepala biro riset Angkatan Laut yang dipimpin oleh Laksamana Maeda. Berkat jabatan itu pula, Ahmad Soebardjo berhasil menjalin hubungan baik dengan Laksamana Maeda. Selain memiliki jabatan dalam pemerintahan, Ahmad Soebardjo berperan dalam menggerakkan golongan muda untuk memperjuangkan kemerdekaan. Ketika Soekarno dan Hatta berada dl Rengasdengklok, Ahmad Soebardjo melakukan perundingan dengan salah satu tokoh golongan muda yaitu Wikana mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ahmad Soebardjo adalah tokoh yang meyakinkan golongan muda bahwa pelaksanaan proklamasi akan diadakan selambat-lambatnya pukul 12.00 tanggal 17 Agustus 1945.
Sementara itu, di Rengasdengklok terjadi kesepakatan antara Soekarno, Hatta, dan golongan muda mengenai pelaksanaan proklamasi. Selanjutnya, Ahmad Soebardjo pergi ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno dan Hatta. Sesampainya dI Jakarta, Ahmad Soebardjo langsung menemui rekannya Laksamana Maeda dan meminta izin untuk melakukan rapat persiapan kemerdekaan Indonesia di rumahnya. Permintaan Ahmad Soebardjo tersebut disetujui oleh Laksamana Maeda.
Ahmad Soebardjo ikut merumuskan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ahmad Soebardjq mengusulkan paragraf pertama naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus berisikan pernyataan kemerdekaan Indonesia. Kalimat tersebut diambil dari isi Piagam Jakarta. Usulan tersebut diterima olek Moh. Hatta dan Soekarno. Selanjutnya, Soekarno menuliskan usulan Ahmad Soebardjo pada secarik kertas
Ketika Republik Indonesia resmi terbentuk, Ahmad Soebardjo beberapa kali diberi kepercayaan untu memegang jabatan dalam pemerintahan Republik Indonesia. Melalui sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945_ Ahmad Soebardjo ditunjuk sebagai menteri luar negeri dalam Kabinet Presidensial Indonesia pertama. Jabatan tersebut dipegang Ahmad Soebardjo hingga tanggal 14 November 1945 karena sejak saat itu, kabinet presidensial digantikan oleh kabinet parlementer yang dipimpin Sutan Sjahrir. Ahmad Soebardjo kembali menjabat sebagai menteri luar negeri pada masa Kabinet Sukiman (1951-1952). Jabatan terakhir Ahmad Soebardjo dalam pemerintahan adalah Duta Besar Indonesia untuk Republik Federal Swiss pada tahun 1957-1961. Ahmad Soebardjo wafat pada tanggal 15 Desember 1978 pada usia 82 tahun.
4. Sutan Sjahrir
Sutan Sjahrir lahir pada tanggal 5 Maret 1909 di Padang Panjang, Minangkabau, Sumatra Barat. Ayahnya bernama Mohammad Rasad dan ibunya bernama Siti Rabiah. Sutan Sjahrir menempuh pendidikan dasarnya di Europeesche Lagere School (ELS) kemudian Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Sutan Sjahrir kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Algemene Middelbare School (AMS), Bandung. Sutan Sjahrir melanjutkan pendidikan tingginya di Belanda. Selama di Belanda inilah, ia bertemu Moh. Hatta dan bergabung menjadi sekretaris dari Perhimpunan lndonesia (PI).
Berbeda dengan Soekarno dan Hatta yang lebih kooperatif dengan Jepang. Sutan Sjahrirjustru dengan berani menjadi pemimpin “gerakan bawah tanah” semasa pendudukan Jepang di lndonesra. Melalui “gerakan bawah tanah” yang ia pimpin, Sutan Sjahrir menggerakkan banyak pemuda Indonesia untuk berjuang meraih kemerdekaan. Melalui gerakan bawah tanah itu pula, Sutan Sjahrir mendengar berita kekalahan Jepang.
Sutan Sjahrir langsung menggerakkan golongan muda untuk segera mempersiapkan kemerdekaan. Para pemuda tersebut berinisiatif segera melaksanakan Proklamasi Kemerdekaan indonesia karena Jepang sudah kalah dalam perang. Sutan Sjahrir adalah orang pertama yang menemui Soekarno dan Hatta ketika mereka kembali dari Vietnam.
Dalam pertemuan tersebut, Sjahrir memberitakan bahwa Jepang sudah kalah dalam perang. Sjahrir mendesak kedua tokoh bangsa Indonesia tersebut untuk segera mem< proklamasikan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi, ‘ permintaan Sutan Sjahrir tersebut ditolak oleh Soekarno dan Hatta. Penolakan tersebut tidak membuat Sutan Sjahrir menarik dukungan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sutan Sjahrir hanya menolak apabila kemerdekaan lndonesia harus dilakukan melalui persetujuan Jepang atau sidang PPKI.
Hingga proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945, Sutan Sjahrir tidak tampak di kediaman Soekarno. Sutan Sjahrir menolak hadir karena ia tidak suka dengan keterlibatan beberapa perwira Jepang dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, ketika pemerintah negara Indonesia resmi terbentuk, Sutan Sjahrir dipilih oleh Soekarno sebagai ketua Badan Pekerja KNIP. Selanjutnya, pada tanggal 11 November 1945 melalui sidang KNIP Sutan Sjahrir ditunjuk Sebagai formatur untuk menyusun kabinet parlementer RI yang pertama. Akhirnya, pada tanggal 14 November 1945. Sutan Sjahrir dilantik sebagai perdana menteri pertama Indonesra.
5. Sayuti Melik
Sayuti Melik lahir di Kadisobo, Rejodani, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 25 November 1908. Ayahnya bernama Abdul Muin dan ibunya bernama Sumilah. Pendidikan dasarnya ditempuh di Sekolah Ongko Lorq (setingkat SD) di Desa Srowolan, hingga kelas IV dan diteruskan sampai mendapat ijazah di Yogyakarta.
Sejak muda, Sayuti Melik tekun menggeluti dunia politik dan jurnalistik. Akibatnya, masa muda Sayuti Melik lebih banyak dinikmati di penjara. Pada tahun 1926 ia ditangkap Belanda karena dituduh membantu PKl, selanjutnya dibuang ke Boven Digul (1927-1933). Pada tahun 1936 ia ditangkap Inggris, dipenjara di Singapura selama setahun. Setelah menjalani masa tahanan di Singapura, ia dibawa ke Jakarta dan dimasukkan sel di Gang Tengah.
Pada tahun 1939-1941 Sayuti Melik dipenjara di Sukamiskin, Bandung. Ketika Jepang masuk Indonesia pada tahun 1942 ia dipenjara lagi karena dituduh menyebarkan pamflet gelap PKl. Akhirnya menjelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ia dibebaskan. Sayuti Melik menjadi anggota susulan PPK dan turut hadir dalam peristiwa perumusan naskah proklamasi. Naskah proklamasi tulisan tangan Bung Karno diketik oleh Sayuti Melik dengan beberapa perubahan kata.
6. Sukarni Kartodiwiryo
Sukarni Kartodiwiryo lahir di Blitar pada tanggal 14 Juli 1916. Pada masa mudanya, Sukarni menjadi ketua lndonesia Muda cabang Blitar. Pertemuannya dengan Soekarno terjadi saat ia menempuh pendidikan di Kweekschool (sekolah guru) di Jakarta. Pertemuan itu pula yang menyebabkan Sukarni tertarik dengan dunia politik
Dalam perjuangan meraih kemerdekaan, Sukarni memang tidak memegang peranan sentral. Meskipun demikian, keberadaan Sukarni selaku pemimpin gerakan pemuda Angkatan Baru yang bermarkas di Menteng Raya 31 Jakarta cukup menentukan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Saat itu Sukarni yang mewakili generasi muda merasa gerah dengan sikap menunggu yang dipilih Soekarno dan Hatta. Golongan muda kemudian memutuskan membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Setelah tercapai kesepakatan mengenai pelaksanaan proklamasi, kedua pemimpin tersebut dibebaskan kembali ke Jakarta untuk memimpin rapat penyusunan teks proklamasi. Sukarni juga hadir dalam proses penyusunan naskah proklamasi. Sukarni pula yang memberikan usulan bahwa cukup Soekarno dan Hatta saja yang menandatangani naskah proklamasi.
Ketika lndonesia merdeka, Sukarni masih menggeluti dunia politik bersama Partai Murba. Meskipun demikian, hubungannya dengan Bung Karno tidak mulus. Melalui Partai Murba, Sukarni menentang kebijakankebijakan Soekarno. Penentangan yang ia lakukan mengakibatkan Sukarni harus dihukum penjara. Sukarni keluar dari penjara setelah pemerintahan Soekarno digantikan oleh Soeharto. Ia wafat pada tanggal 7 Mei 1971 sewaktu menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung Fil.
7. B.M. Diah Burhanudin
Muhammad Diah atau B.M. Diah merupakan tokoh yang berjasa dalam penyebaran berita proklamasi. Sejak muda, B.M. Diah memiliki kecakapan dalam dunia jurnalistik. Setelah naskah proklamasi diketik, tokoh kelahiran Aceh ini diminta Moh. Hatta menggandakan naskah proklamasi. Setelah digandakan, B.M. Diah mengoordinasi golongan muda untuk menyebarkan salinan naskah proklamasi ke seluruh penjuru Kota Jakarta. Berkat jasanya, berita kemerdekaan Indonesia diketahui oleh rakyat Jakarta dan daerahdaerah lain di luar Jakarta. Berkat naluri jurnalistiknya pula, naskah proklamasi yang autentik masih dapat dilihat hingga saat ini. Pada masa revolusi B.M. Diah ikut dalam perjuangan bersenjata. Bersama rekannya Rosihan Anwar dan
Jusuf Isak, B.M. Diah turut mengambil alih percetakan milik Jepang yang mencetak harian Asia Raya. Setelah berhasil menguasai percetakan Jepang, pada tanggal 1 Oktober 1945 B.M. Diah mendirikan harian Merdeka dan memimpinnya hingga akhir hayatnya. B.M. Diah wafat pada tanggal 10 Juni 1996 dalam usia 79 tahun.
8. Latief Hendraningrat
Latief Hendraningrat merupakan pengibar bendera pusaka Merah Putih dalam upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Latief Hendraningrat memiliki nama lengkap Abdul Latief Hendraningrat dan lahir di Jakarta pada tanggal 15 Februari 191 1 . Latief Hendraningrat adalah prajurit Peta berpangkat Cudanco.
Setelah proklamasi kemerdekaan, Latief Hendraningrat terlibat dalam berbagai pertempuran. Ia menjabat komandan Komando Kota ketika Belanda menyerbu Yogyakarta. Setelah berhasil keluar dari Yogyakarta yang sudah terkepung, ia melakukan gerilya. Setelah penyerahan kedaulatan, Latief Hendraningrat mulamula ditugaskan di Markas Besar Angkatan Darat, kemudian ditunjuk sebagai atase militer RI untuk Filipina: Latief Hendraningrat meninggal di Jakarta dalam usia 72 tahun pada tanggal 14 Maret 1983.
9. Suhud
Dalam rangkaian upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, diadakan upacara pengibaran bender pusaka Merah Putih. Suhud adalah salah satu tokoh golongan muda yang mengibarkan bendera Meralj Putih. Sebelum upacara diiaksanakan, di kediaman Soekarno tidak ada tiang yang dapat digunakan untu pengibaran bendera. Atas inisiatifnya, Suhud mencari sebatang bambu untuk digunakan sebagai tiang bendera Setelah pembacaan naskah proklamasi, Suhud bersama Latief Hendraningrat menjadi pengibar bendera pusaka Merah Putih untuk pertama kalinya.
10. Suwirjo
Dalam upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, ada satu tokoh yang ikut memberikan pidatq sambutannya. Tokoh tersebut adalah Suwirjo, Wakil Wali kota Jakarta. Suwirjo lahir di Wonogiri pada tanggal 17 Februari 1903. Sejak masa pergerakan nasional, Suwirjo aktif dalam berbagai perhimpunan pemuda salah satunya, Jong Java. Ia bahkan sempat tergabung dalam keanggotaan Partindo.
Setelah Indonesia merdeka, pada tanggal 23 September 1945 Suwirjo diangkat menjadi Wali kota Jakarta menggantikan Shigo Hasegawa. Suwirjo memimpin Jakarta di tengah kondisi yang masih kacau. Kedatangan tentara Sekutu dengan NICA menyebabkan Jakarta sebagai pusat pemerintahan Republik Indonesia menjadi tidak kondusif. Ketika Soekarno dan Hatta harus hijrah ke Yogyakarta, Suwirjo berperan penting dalam menjaga kondisi Jakarta dengan menginstruksikan kepada semua pegawai pamong praja agar tetap tinggal di tempat menyelesaikan tugas seperti biasa.
Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer I (21 Juli 1947), kediaman Suwirjo di kawasan Menteng tidak luput dari serangan tentara NICA. Bahkan, Suwirjo akhirnya diculik oleh tentara NICA dan ditahan. Ketika pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda telah dilakukan, Suwirjo dibebaskan. Suwirjo melanjutkan jabatannya sebagai Wali kota Jakarta pada periode 1950~1 951 . Beberapa jabatan pemerintahan juga pernah dipegang oleh Suwirjo antara lain wakil pemerintah RI pada masa HIS dan wakil perdana menteri pada masa Kabinet Sukiman. Suwirjo wafat pada tanggal 27 Agustus 1967.
11. Muwardi
Muwardi ikut berperan dalam upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari Barisan Pelopor. Tokoh yang Iahir di Pati, Jawa Tengah pada tahun 1907 ini merupakan seorang dokter lulusan School Tot Opleiding Voor Indische Artsen (STOVIA). Pada tanggal 16 Agustus 1945 ia memerintahkan Barisan Pelopor untuk menjaga lapangan Ikada (sekarang lapangan Monas) yang rencananya akan digunakan sebagai tempat pembacaan teks proklamasi. Setelah Indonesia merdeka, dr. Muwardi memprakarsai pembentukan Barisan Pelopor Istimewa untuk menjaga kediaman Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta.
Setelah Indonesia merdeka, Muwardi menekuni profesinya sebagai dokter di Solo. Ia juga mendirikan sekolah kedokteran di Jebres, Solo bersama rekan-rekan dokter lainnya. Ketika PKI melakukan pemberontakan pada tahun 1948 di Madiun, Muwardi menjadi salah satu korban peristiwa tersebut. Muwardi meninggal pada tanggal 13 September 1948 setelah diculik dan dibunuh oknum PKI.
12. Frans Sumarto Mendur
Frans Sumarto Mendur yang lebih dikenal sebagai Frans Mendur adalah putra Minahasa, Sulawesi Utara yang lahir pada tahun 1913. Sosok Frans Mendur memang bukan sosok yang berperan sentral dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, tanpa keberadaannya saat peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, banyak orang hanya akan membayangkan peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia tersebut dalam rangkaian kata-kata. Frans Mendur adalah tokoh yang berperan mengabadikan momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Pada saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, Frans Mendur bersama kakaknya, Alex Mendur berhasil mengabadikan tiga momentum penting dalam rangkaian peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Foto-foto tersebut yaitu foto Soekarno membacakan naskah proklamasi, foto pengibaran bendera Merah Putih, dan foto suasana upacara dan para pemuda yang menyaksikan pengibaran bendera. Beberapa saat setelah momentum tersebut ia abadikan, Frans Mendur ditangkap oleh tentara Jepang dan dipaksa untuk menyerahkan film dari momentum proklamasi tersebut. Akan tetapi, Frans Mendut telah mengubur negatif film dari ketiga momentum tersebut di dalam tanah sehingga Jepang tidak menemukar1 bukti saat menggeledahnya. Setelah lolos dari penggeledahan yang dilakukan tentara Jepang, Frans Mendut kemudian mencetak film tersebut dan memuinkasikannya.
Pada saat Indonesia dinyatakan merdeka, kedua bersaudara ini merintis pendirian IPPHOS (Indonesia Press Photo Service) pada 2 Oktober 1946 di Jakarta. Melalui organisasi yang ia dirikan ini, Frans Mendur mengabadikan banyak momentum bersejarah bangsa Indonesia. Beberapa momentum yang ia abadikan antara lain pidato Bung Tomo dalam pertempuran Surabaya dan penyambutan Jenderal Soedirman dari perang gerilya oleh Soeharto. Frans Mendur tutup usia pada tanggal 24 April 1971.
13. Syahruddin
Secara umum, kantor berita dan radio mempunyai peran penting dalam upaya penyebaran berita kemerdekaan Indonesia. Peran penting tersebut juga ditunjukkan oleh karyawan dari kantor berita Domei. Meskipun kantor tersebut merupakan milik Jepang, semangat pemuda untuk menyebarluaskan berita kemerdekaan Indonesia lebih besar daripada rasa takut mereka kepada Jepang. Semangat tersebut juga ditunjukkan bleh salah satu pemuda yang bernama Syahruddin. Syahruddin adalah karyawan kantor berita Domei. Ketika menerima salinan naskah proklamasi, Syahruddin dengan berani menyusup masuk ke dalam kantor berita Haso Kyoku. Naskah proklamasi kemudian diserahkan kepada Jusuf Ronodipuro untuk disiarkan ke luar negeri.
14. F. Wuz dan Jusuf Ronodipuro
F. Wuz dan Jusuf Ronodipuro adalah tokoh yang berperan dalam proklamasi lebih tepanya berperan dalam penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. F. Wuz adalah seorang markonis yang dengan berani menyiarkan berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui kantor berita Domei. Siaran yang F.Wuz lakukan berakibat pada penyegelan kantor berita Domei. Adapun Jusuf Ronodipuro adalah wartawan di kantor berita Hoso Kanri Kyoku. Ketika Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada pukul 10.00, Jusuf Ronodipuro belum mengetahuinya. Menjelang petang, ia baru menerima salinan naskah proklamasi dari seorang rekan wartawan dari kantor berita Domei. Selanjutnya, Jusuf Ronodipuro bersama rekannya Bachtiar Lubis menyiarkan berita ‘ kemerdekaan Indonesia tersebut melalui kantor berita Hoso Kanri Kyoku. Penyiaran berita tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena pada saat itu, kantor berita Hoso Kanri Kyoku dijaga ketat oleh tentara Jepang. Berkat jasanya, berita kemerdekaan Indonesia terdengar sampai ke luar negeri.
Demikianlah sepotong kisah mengenai tokoh-tokoh yang berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tokoh-tokoh yang berperan dalam proklamasi tersebut telah mengajarkan kepada kita mengenal pentingnya sikap kerja sama, tanggung jawab, dan kerja keras saat mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sebagai generasi penerus sudah selayaknya kita meneladan sikap-sikap yang mereka tunjukkan kepada kita.
Selamat Belajar!!!